Para tokoh pendiri negara kita merupakan komunitas intelektual
modern Indoneseia angkatan pertama, dan akses mereka kepada dunia pemikiran
modern telah dengan kuat sekali mewarnai gagasan-gagasan mereka tentang masalah
kebangsaan dan kenegaraan, serta tentang cara penyelenggaraan pemerintahan
dan penggunaan kekuasaan. Kutipan-kutipan dari karya para pemikir Barat
bertaburan dalam tulisan-tulisan para tokoh itu. Pikiran-pikiran politik John
Locke, Thomas Jefferson, Abraham Lincoln, Montesquieu, Rousseau, RĂ©nan,
dan lain-lain, juga ideologi-ideologi Karl Marx, Friesdrich Engels, Lenin, Sun
Yat Sen, sangat mempengaruhi pikiran-pikiran para pendiri bangsa. Mereka itu
tidak berasal hanya dari kalangan yang secara salah kaprah disebut
“nasionalisme sekuler” seperti Sukarno, Mohammad Hatta dan Sutan Syahrir,
tetapi juga dari kalangan yang disebut “nasionalis Islam” seperti Haji Omar
Said Tjokroaminoto, Haji Agus Salim dan Muhammad Natsir. Titik temu mereka
semua ialah aspirasi demokrasi modern. Mereka menguasai bahasa-bahasa Eropa
seperti Inggris, Perancis dan Jerman—selain bahasa Belanda—sehingga wawasan
mereka menjadi lebih kaya dan luas dengan bahan-bahan dari berbagai sumber.
Disebabkan oleh beberapa segi perkembangan sejarahnya, Amerika Serikat
dengan Presiden Franklin Delano Roosevelt selaku tokoh utamanya saat itu, harus
diakui telah menjadi rujukan utama dibanding dengan negara-negara lain.
Roosevelt, yang oleh majalah-majalah internasional edisi millennium yang lalu
dipandang sebagai pribadi paling berpengaruh selama abad yang lalu (disusul
oleh Mahatma Gandhi dan lain-lain), adalah seorang anti imperialisme dan
kolonialisme. Ia mempunyai cita-cita membangun kembali dunia yang bebas dari
penjajahan, setelah Perang Dunia II. Roosevelt adalah tokoh terpenting di balik
konferensi di Bretton Woods, New Hampshire, 1994. Dalam konferensi Bretton
Woods itu diputuskan untuk mendirikan badan “Dana Moneter Internasional” (IMF)
dan Bank Internasional untuk Pembangunan Kembali dan Pengembangan (IBRD, International
Bank for Reconstruction and Development, yang lebih dikenal sebagai “Bank
Dunia”). Lepas dari kinerja nyata kedua badan keuangan internasional itu yang
akhir-akhir ini menjadi sasaran kecaman pedas berbagai kalangan, Roosevelt
harus diingat sebgai tokoh yang bermaksud menggunakannya untuk tujuan-tujuan
politik global yang lebih mulia, yaitu membangun kembali dunia yang bebas dari
kolonialisme dan imperialisme, setelah Perang Dunia II. Seandainya sempat
dilaksanakan, pembangunan kembali dunia itu akan sama dengan model Marshall
Plan, 1947, untuk Eropa, “a highly successful program of U.S. economic
and technical assistance to 16 European countries, to permit them to restore
their productive capacity after the disruption of World War II.” Tetapi
Roosevelt tidak sempat melaksanakan niatnya, karena ia meninggal mendadak pada
awal jabatan kepresidenannya yang keempat (12 April 1945), dan digantikan oleh
wakilnya, Harry. S. Truman.
Sedikit cuplikan sejarah mutakhir Amerika itu cukup penting dikemukakan,
karena berpengaruh besar sekali kepada pertumbuhan awal negara Indonesia.
Presiden Truman adalah penguasa Amerika yang memutuskan untuk membuat bom atom
dengan proyek penelitian super rahasia, “Manhattan Project” di
Universitas Chicago yang dipimpin oleh Enrico Fermi. Setelah berhasil dibuat,
bom itu ia perintahkan untuk dijatuhkan di atas dua kota industri Jepang padat
penduduk, Hiroshima dan Nagasaki. Tindakan itu dicatat dalam sejarah
kemanusiaan sebagai tragedi yang sampai sekarang belum ada tolak bandingannya,
suatu pelanggaran terhadap nilai-nilai kemanusiaan yang tiada taranya. Banyak
orang berspekulasi bahwa kekejaman itu tidak akan pernah terjadi. Tetapi apapun
penilaian orang, kenyataan ironis telah terjadi, yaitu bahwa peristiwa jatuhnya
bom atom atas dua kota di Jepang itu telah membuka peluang untuk diproklamasikannya
kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus 1945, puncak perjuangan bangsa yang telah
lama dinanti-nanti.
Truman juga meninggalkan masalah yang ikut menyulitkan Indonesia.
Menurut banyak kalangan, ia dianggap paling bertanggung jawab atas terjadinya
eskalasi perang dingin antara “Barat” dan “Timur” sesudah Perang Dunia II.
Dalam hal ini pun banyak orang berpendapat, seandainya saat itu Roosevelt
masih hidup, mungkin perang dingin tidak akan separah akibat kebijakan Truman.
Walaupun begitu, sisa-sisa kebijakan Roosevelt banyak yang bertahan. Amerika,
bersama dengan Australia (pemerintahan Partai Buruh), tergolong negara-negara
Barat yang banyak membantu kemerdekaan Indonesia. Ketika pada 10 November 1945
kota Surabaya dibombardir oleh tentara Inggris dan Belanda, Amerika dan
Australia adalah dua negara Barat yang aktif menghalangi atau melerai.
Karena penampilan dan komitmen Roosevelt yang
mengesankan, beberapa tokoh pendiri negara Indonesia cukup banyak mendapat
ilham dari pengalaman Amerika saat itu dalam hal negara dan seni kenegaraan (state
and statecraft). Selain memilih bentuk republik, para tokoh Indonesia juga
menyadari perlunya dirumuskan dengan jelas nilai-nilai asasi kenegaraan dalam
dokumen utama Negara. Nilai-nilai asasi itu mereka rumuskan menjadi dasar-dasar
negara yang kemudian disebut Pancasila, yang tertuangkan dalam dokumen primer
Republik Indonesia, suatu dokumen yang dirancang sebagai naskah Deklarasi
Kemerdekaan. Meskipun akhirnya, karena beberapa sebab, tidak digunakan sesuai
rencana semula – dan Deklarasi Kemerdekaan diganti dengan Proklamasi
Kemerdekaan yang naskahnya ditulis Bung Karno secara tergesa-gesa – namun semangat
dokumen primer itu dipertahankan dan kini menjadi Mukadimah Undang-Undang
Dasar. Dengan mencontoh Amerika, para pendiri negara juga merancang pelaksanaan
demokrasi dengan pemerintahan presidensial periodik. Mereka juga menganut
prinsip pluralisme, dan berpegang kepada asas kebebasan-kebebasan menyatakan
pendapat, berkumpul dan berserikat. Keseluruhan wawasan itu juga telah menjadi
semangat umum setiap UUD yang pernah dimiliki Republik sepanjang sejarahnya
sampai sekarang, seperti UUD RIS dan UUDS, selain UUD 1945 sendiri, yang
sekarang ini berlaku.
0 Comment